Selasa, 10 Mei 2011

PENDAPATAN PERKAPITA DI INDONESIA TAHUN 2005-2010 PADA SEKTOR PERINDUSTRIAN

PENDAPATAN PERKAPITA DI INDONESIA TAHUN 2005-2010 PADA SEKTOR PERINDUSTRIAN

Nama : KHOIRUNNISA
NPM : 23210894
Kelas: 1EB06
TUGAS PEREKONOMIAN INDONESIA

Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya dan politik.

Tingkat pendapatan suatu daerah dapat diukur antara lain dari pendapatan per kapita, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta gambaraan kualitatif tentang keadaan sandang, pangan dan perumahan masyarakat. Berdasarkan data tahun 2003 dapat dilihat Keadaan perekonomian Kabupaten Sambas yaitu:
1. PAD sebesar 16.350.041.018
2. Pendapatan per kapita sebesar 3.419.922
3. Pajak bumi dan Bangunan (PBB) sebesar 8.560.013.046
4. Upah minimum regional (UMR) sebesar 400.000

Sedangkan Tingkat pendapatan Mata pencaharian Menurut sektor yaitu :
1. Pertanian berjumlah 207.350 orang
2. Industri Pengolahan berjumlah152.028 orang
3. Listrik, gas, dan air berjumlah 9.053 orang
4. Bangunan berjumlah 28.308 orang
5. Perdagangan berjumlah 34.695 orang
6. Perhubungan berjumlah 2.874 orang
7. Keuangan berjumlah 9.723 orang
8. Jasa kemasyarakatan lainnya berjumlah 34.678 orang.

Berdasarkan PDRB Kabupaten Sambas atas dasar harga konstan tahun 1993 secara riil diperoleh gambaran mengenai pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 2,90%. Dimana pada tahun 2001 tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sambas sebesar 674.565,23 juta dan pada tahun 2002 mengalami peningkatan menjadi 694.086,81 juta.

Pada tahun 2002, struktur perekonomian didominasi oleh sektor pertanian, dimana sektor ini memberikan sumbangan sebesar 44,18% terhadap keseluruhan perekonomian yang ditunjukkan pada PDRB harga berlaku pada tahun tersebut. Disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 27,24%, sektor industri sebesar 11,06% dan sektor lainnya 17,52%.

Pendapatan regional per kapita selama kurun waktu tahun 2001-2002 mengalami peningkatan Rp. 4.526.193,12 menjadi Rp. 4.930.257,85 atau meningkat sebesar 8,93%. Selanjutnya atas dasar harga konstan 1993, angka PDRB per kapita ini mengalami peningkatan sebesar 1,78%, yaitu dari Rp. 1.471.890,55 menjadi Rp. 1.498.088,37.

A. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Musi Rawas 2005 – 2010

Pada Tahun 2005 – 2010 pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Musi Rawas di harapkan tumbuh di atas 6 % pertahun. Target
pertumbuhan ekonomi ini berdasarkan skenario pertumbuhan yang
optimis yang dapat dicapai, mengingat pada beberapa hal yakni:
secara nasional maupun regional kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) akan mempengaruhi tingkat daya beli masyarakat dan investasi
swasta. Pengaruh perkembangan ekonomi regional tersebut akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Musi Rawas pada
tahun 2005 – 2010.

Pada tahun 2007 di harapkan perkembangan perekonomian
Kabupaten Musi Rawas secara berangsur akan bangkit menuju kearah
pemulihan untuk mencapai stabilitas. Sektor yang di harapkan menjadi
pendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Musi Rawas pada tahun
2005 – 2010 adalah sektor yang berperan dalam pemenuhan konsumsi
masyarakat, sektor yang menyerap tenaga kerja yang besar dan sektor
yang memiliki nilai tambah lokal yang tinggi dan berorientasi ekspor.
Sektor yang memenuhi kriteria tersebut adalah sektor pertanian,
khususnya sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan
peternakan, sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan
restoran, pengangkutan dan komunikasi dan jasa-jasa. Sektor
pertanian di harapkan tumbuh sebesar 5.50%, industri pengolahan
5.20, Pengangkutan dan komunikasi 7,62%, perdagangan hotel dan restoran 5,09% dan jasa-jasa 5.11%.

Sedangkan perkembangan indikator tingkat pendapatan
perkapita Kabupaten Musi Rawas Tahun 2006 – 2010 diperkirakan
meningkat sebesar 3 – 4 persen pertahun. Perkembangan tingkat
inflasi di Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2006 – 2010 diperkirakan
akan dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM, sehingga diproyeksikan
tingkat inflasi berkisar antara 10 – 12 persen pertahun.

B. Proyeksi Investasi Kabupaten Musi Rawas 2006 – 2010

Perekonomian Kabupaten Musi Rawas dalam periode tahun
2006 – 2010 di harapkan menjadi lebih efisien. Peningkatan efisiensi
perekonomian ini diharapkan akan tercermin pada penurunan angka
Incremental Capital Out Put Ratio (ICOR) atau rasio antara
pertambahan modal dengan jumlah pertambahan produksi. Dalam
periode Tahun 2000 – 2004 angka ICOR Kabupaten Musi Rawas
sebesar 5,24, sedangkan angka per sektor adalah sebesar 11,06, hal
ini berarti untuk setiap penambahan satu unit kapasitas produksi di
Kabupaten Musi Rawas membutuhkan modal atau tambahan modal
sebesar 11,06, angka ini mengindikasikan mahalnya investasi yang dilakukan di Kabupaten Musi Rawas.

Oleh karenanya pada tahun 2006 – 2010 angka ICOR
Kabupaten Musi Rawas diharapkan menurun menjadi 4 – 5.
Pemerintah Kabupaten Musi Rawas di harapkan dapat
menginvestasikan ke sektor-sektor yang memiliki efisiensi dana
investasi seperti sektor pertanian, pertambangan dan penggalian,
listrik, gas, dan air bersih dan jasa dunia usaha.

Berdasarkan perkiraan tingkat efisiensi investasi tersebut,
untuk mencapai sasaran pertumbuhan rata-rata 6 persen per tahun
dibutuhkan total investasi selama kumulatif lima tahun sebesar
Rp. 6.998,216 juta (+ Rp. 7 Trilyun) atau meningkat sebesar 12,53
persen per tahun. Sehubungan dengan keterbatasan investasi
pemerintah daerah Kabupaten Musi Rawas maka dalam pemenuhan
kebutuhan investasi tersebut diharapkan adanya peningkatan peran
investasi masyarakat di Kabupaten Musi Rawas. Selain dari investasi
masyarakat tersebut, investasi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
dan Investasi Pemerintah Pusat juga diharapkan dapat menutupi
kesenjangan investasi tersebut.

Konsekuensi logis dari naiknya investasi dan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi di atas adalah:
1. Tersedianya lapangan kerja, sehingga selama lima tahun ke depan
ditargetkan rata-rata pengangguran turun 10% pertahun;
2. Naiknya nilai tambah produk-produk daerah yang dapat dinikmati
daerah;
3. Meningkatnya perdagangan daerah dan berkembangnya agribisnis
serta didukung oleh agroindustri yang terpusat di kawasan
agropolitan
4. Meningkatnya daya beli masyarakat, yang diindikasikan
menurunnya tingkat kemiskinan rata-rata 10% pertahun.

NARASUMBER :
http://humas.sambas.go.id/?page_id=5024 (WIB 20:14)
http://musi-rawas.go.id/musirawas/images/stories/pdf/bab26.pdf (WIB 20:32)

1 komentar:

  1. mbak, ijin copas ya buat tambahan referensi tugas kuliah..
    terima kasih..:)

    BalasHapus